Seperti sudah takdir
Topan kehidupan mempertemukan dua perahu
Keduanya berpenghuni, namun seorang diri
Masih sisa kabut badai
Dari kejauhan, kedua pemilik biduk memicingkan mata
Masih sisa dingin badai
Dua insan berdiri tegak
Dengan luka dan sayat dibalik punggung mereka
Masing-masing punya kisah dahsyat
Tentang hidup sebelum pertemuan setelah badai
Dia seorang gadis ternyata
Dia adalah seorang lelaki ternyata
Begitu batin keduanya setelah kabut ditepis serpihan debur ombak
Lelaki itu tersenyum singkat
Ia menyapa
Memberi sebuah selimut
Menawarkan bantuan dan pundak hangat
Kepada siapa ia harus percaya?
Seorang perempuan tersisa sendirian di samudra
Kepada siapa ia harus memilih
Lelaki itu toh sudah ada didepan mata
Menjemputnya
Walau dua perahu, tapi yang berlayar hanya akan satu
Meninggalkan salah satunya bukanlah pilihan
Maka perempuan berbalik meragu
Saat ini, aku kaptennya.
Begitu ujarnya mantap.
Percaya padaku.
Baru saja perempuan meninggalkan biduknya
Mempercayakan arah pada kaptennya.
Ujian dilautan tak hanya sekali, sayangnya.
Di atas kuasa Illahi rabb
Ombak kecil dan besar
Hempasan kasar dan hantaman keras
Mengombang-ambingkan dua insan
Maha Cinta menganugerahkan
Air-air suci yang turun dari langit
Hujan membasahi perahu dan kedua penghuninya
Langit berubah kelabu
Tapi tidak ragu Kapten bersama perahunya
Ada gadis, ada tulang rusuk... yang harus ia jaga
Ini perahuku, ini gadisku
Ini navigasiku, ini arahku
Kukuh Kapten mengemudikan perahunya
Dibawah hujan mereka tanpa bicara
Percaya pada navigasi dari hati Kapten
Setelah hujan ini
Akan ada matahari
Dan hari-hari lagi
Kemana gerangan perahu mereka berhenti?
Oh, hanya Illahi Rabbi Maha pemilik misteri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar